Pendekatan
dalam melakukan perubahan dapat diproses dengan cara pulling out atau mencabut
cara dan kebiasaan lama atau dapat pula dengan cara putting in atau menempatkan cara dan kebiasaan baru. Cara untuk
melakukan perubahan sebaiknya tidak
dilakukan dengan cara creative
dustruction yaitu melakukan penghancuran dan mengganti dengan mengurangi
pekerja, me-reengineering proses, merombak struktur, akulturisasi kembali
seluruh tenaga kerja, atau menggantikan jaringan social dengan jaringan
computer. Creative dustruction dapat
diartikan sebagai pendekatan pulling out
karena mencabut/menghancurkan yang ada dan menggantinya dengan yang baru.
Abrahamson
mengatakan bahwa pendekatan perubahan sebaiknya dilakukan dengan creative recombination, yaitu mencabut
apa yang sudah kita miliki dan mengkombinasikan kembali dalam bentuk baru dan
berhasil. Perubahan dapat dilakukan tanpa menimbulkan kepusingan, change without pain, apabila dilakukan
dengan cara creative recombination,
mengkombinasikan ulang secara kreatif karena bersifat kurang mengganggu. Creative recombination ini dapat diartikan sebagai pendekatan putting in karena cara-cara lama
dikombinasikan kembali ke dalam bentuk yang baru. Menurut Abrahamson, untuk melakukan perubahan tanpa menimbulkan kepusingan
atau change without pain, diperlukan
adanya 5 faktor yang dikombinasikan atau digabungkan kembali dalam rangka
perubahan yaitu :
1.
People (orang), orang dalam
suatu organisasi adalah pekerja, yang membangun network atau jaringan kerja ,
2.
Networks (jaringan), atau jaringan
kerja dibangun oleh pekerja satu sama lain dengan menukar informasi, kebaikan,
sumber daya dan bahkan gossip melaui system informasi organisasi,
3.
Culture (budaya), meliputi
nilai-nilainya (misalnya dalam pengambilan keputusan yang dilakukan melalui
consensus), norma-norma (apa yang dipertimbangkan perusahaan sebagai perilaku
normal, seperti bekerja lewat tengah malam pada akhir minggu), dan peran
informal (menjadi mentor informal)
4.
Process (proses), merupakan
kegiatan pembaruan, seperti pembelian, produksi atau distribusi, yang
memungkinkan perusahaan mengubah masukan seperti bahan baku, buruh atau capital
menjadi keluaran sebagai produk atau jasa,
5.
Structure (struktur), merupakan
kotak organisasi, garis komunikasi dan pelaporan, staffing, mekanisme
pengawasan yang ditempatkan manajer untuk memastikan bahwa pekerja menjalan
proses secara efektif dan efisien.
Ketika
melakukan perubahan melalui creative
recombination bukan dengan cara menggantikan orang, network, kultur, proses
dan struktur yang sudah ada menggantikannya dengan yang baru, namun dengan
mengkombinasikan kembali apa yang sudah dimiliki. Dengan kata lain, kita hanya
melihat bagian yang ada dari arsitektur organisasi untuk solusi perubahan.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengkombinasikan kembali
5 faktor tersebut adalah dengan cara :
1.
Cloning, merupakan cara yang
paling mudah sepajang yang dicloning dapat dipertukarkan dengan lingkungan baru
yang akan digunakan. Dengan demikian clones
adalah recombinant yang mempunyai
property sama dengan program informasi teknologi sehingga arti yang sama dapat
dipergunakan, tanpa modifikasi, untuk mencapai hasil yang sama dengan berhasil
di bagian lain perusahaan,
2.
Customizing, dalam hal ini perubahan
tidak sekedar meng-clone recombinant
tertentu, tapi harus customize, atau
membiasakan diri dengan maksud untuk mengkombinasikan ulang dan melakukan
perubahan. Harus mengubah agar cocok dengan bidang yang berbeda dalam
organisasi, atau melakukan secra berbeda harus memodifikasi alat untuk mencapai
hasil yang sama dengan berhasil pada bagian perusahaan lainnya,
3.
Translating, factor-faktor yang
dikombinasikan sering sangat tidak kompatibel dengan konteks baru. Oleh karena
itu, perlu menerjemahkan bagaimana membantu mereka merngkombinasikan dengan
lebih berhasil tanpa mengalami kepusingan. Dengan kata lain, perlu
menginterpretasikan, menemukan kembali, dan memandangnya berguna dalam situasi
baru.
Pendekatan perubahan Abrahamson ini
sedikit banyak berkaitan dengan konsep True
Change dari Janice A. Klein degan pendekatan Push Change dan Pull Change, karena konsep True Change tidak
menggantikan yang sudah ada dengan yang baru, individu dalam organisasi bekerja
dalam budaya yang sudah ada dan menemukan peluang di mana mereka menggunakan
perspektif unik untuk membantu menyelesaikan tantangan perubahan organisasi, dalam
konteks ini perubahan dilakukan dari dalam tanpa menggunakan agen perubahan
dari luar, hanya saja dalam konsep Janice
A. Klein ini diterapkan dalam situasi yang berbeda dimana pull change dimulai ketika pengguna akhir, yaitu orang
yang perlu mengubah perilaku atau bagaimana operasi sekarang berfungsi, melihat
kesenjangan sekarang dengan apa yang diperlukan untuk mencapai sasaran, tetapi
apabila kelompok mencapai sasaran dan pegguna akhir tidak mengeluh, suatu gagasan
untuk perubahan mungkin tidak akan didengarkan, karena setiap orang berbahagia
dengan status quo. Ini hanya sekedar push
change pada masalah yang belum ada. Push change dilakukan untuk tujuan
umum, sedang pull change adalah spesifik untuk situasi tertentu. Orang yang
menciptakan true change berasal dari inside, tidak dari outside, atau
semata-mata dari pimpinan organisasi. Menemukan peluang yang memungkinkan true
change ditarik ke tempat pekerjaan adalah peran yang hanya dapat dimainkan oleh
insiders di dalam organisasi yang dapat melangkah ke belakang dan mengenalkan 2
topi, sebagai insider dan outsider. Pekerja dinamakan sebagai outsider-insider
karena mereka sekaligus pada saat yang sama sebagai inder dan juga outsider.
Sebagai Insider
mereka memahami keadaan sehari-hari organisasi, sangat memperhatikan dan ingin
memperbaikinya. Mereka nyaman bekerja dalam budaya yang ada, tetapi juga dapat
melangkah ke belakang dan melihat bagaimana pekerjaan berjalan degan kinerja
optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar